Mohamed Salah dkk merayakan golnya di Olimpiade London 2012.

Mohamed Salah dkk merayakan golnya di Olimpiade London 2012.

Belum redup ingatan kita tentang Mesir yang terlanda revolusi menumbangkan rezim otoriter tahun 2011, muncul lagi peristiwa yang menghentak dunia di awal Juli 2013.  Mesir berdarah. Upaya pembubaran oleh militer pemerintahan transisi secara paksa terhadap kelompok pendukung Mursi, mengakibatkan melayangnya ratusan nyawa.

Reaksi pun bermunculan dari berbagai penjuru dunia. Kecaman mengalir atas sikap aparat pemerintahan transisi dalam menghadapi para demonstran.

Krisis politik yang berkepanjangan itulah yang member imbas ke berbagai bidang kehidupan di negeri Piramida tersebut. Salah satunya itu bidang olahraga, dan lebih khususnya adalah sepak bola. Dimulai dari tragedi berdarah di Port Said. Setidaknya terdapat 74 orang tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka setelah terjadi kerusuhan dalam sebuah pertandingan Liga Premier Mesir antara Al-Masry melawan Al-Ahly.

Tragedi bermula saat ribuan suporter Al-Masry menyerbu ke lapangan yang mengejar pemain dan staf dari tim Al-Ahly usai pertandingan berlangsung. Mereka juga mengejar pendukung Al-Ahly dan melakukan aksi pembakaran. Pasca kejadian, Egyptian Football Association (EFA) langsung mengeluarkan dua pernyataan penting yakni mengumumkan masa berkabung dan menghentikan jalannya liga.

Selang setahun dari tragedi Port Said, cerita miris kembali menghampiri dunia persepakbolaan Mesir. Kali ini datang dari markas EFA, dekat Stadion Al-Ahly, Kairo. Markas Federasi sepak bola Mesir tersebut dibakar oleh sekelompok orang yang menamakan dirinya Ultra Ahlawy, Sabtu, 9 Maret 2013. Parahnya, bukan hanya markas EFA saja yang menjadi korban keganasan Ultra Ahlawy, beberapa bangunan di sekitarnya pun tak luput dari serangan.

Pasca tragedi Port Said dan dibakarnya markas EFA, dunia persepakbolaan Mesir kembali, kembali, dan kembali dirundung pilu. Kompetisi sepak bola di Mesir harus diberhentikan, menyusul kondisi keamanan yang tidak kondusif.

EFA memutuskan bahwa kompetisi 2012/2013 diakhiri. Padahal kompetisi masih menyisakan satu putaran dan masih ada play-off empat tim untuk memperebutkan gelar juara. Kompetisi di berbagai kasta resmi dihentikan.

Bukan tanpa alasan. Tak adanya jaminan keamanan dari aparat keamanan Mesir ditenggarai sebagai penyebab pengambilan keputusan dihentikannya kompetisi oleh federasi Sepak Bola Mesir. Sebagai informasi, penghentian kompetisi di tengah jalan tersebut bukanlah pengalaman pahit pertama bagi dunia persepakbolaan Mesir. Di tahun sebelumnya, kompetisi juga harus diakhiri lebih awal menyusul kerusuhan di Port Said, yang menewaskan 74 orang.

Meskipun demikian, timnas Mesir dan tim-tim yang berlaga di kompetisi antarklub Afrika masih akan menjalani laga mereka. Dengan catatan, laga kandang nantinya akan dilangsungkan di stadion yang tertutup dari penonton.

Mencari momentum

Sepak bola mungkin tak menjadi prioritas bagi negara yang dilanda kekacauan seperti Mesir. Olahraga seperti tak lagi menarik. Orang-orang lebih peduli terhadap situasi politik ketimbang membicarakan olahraga. Sangat disayangkan, padahal rakyat Mesir dikenal “gila” terhadap sepak bola karena prestasinya cukup mentereng di kompetisi akbar seperti Piala Afrika, Liga Champions Afrika bahkan ke Piala Dunia antarklub.

Dikutip dari Agence France-Presse (AFP), salah seorang warga Kairo bernama Amr Lotfi mengatakan bahwa saat ini sulit untuk membuat dirinya tertarik dengan apa yang terjadi di dunia olahraga Mesir. “Bagaimana saya bisa fokus di sepak bola ketika teman-teman saya dibunuh di jalan-jalan,” ucap lOTFI.

Tetapi di mana pun, sebuah pertandingan sepak bola, apalagi pertandingan yang melibatkan tim dari negaranya sendiri, dapat memainkan peran penting dalam mengangkat suasana hati bangsa. Itulah yang menjadi alasan Mohamed Salah, yang juga mewakili rekan-rekannya, sangat bersemangat dalam membela negaranya di ajang internasional, seperti kualifikasi Piala Dunia 2014.

Mohamed Aboutrika sujud syukur berasalkan bendera Mesir.

Mohamed Aboutrika sujud syukur berasalkan bendera Mesir.

Dalam wawancaranya bersama badan tertinggi sepak bola dunia, Fédération Internationale de Football Association (FIFA), Salah  mengatakan ada semangat tersendiri yang ditimbulkan karena situasi di tanah kelahiranya tersebut. “Kami telah bermain dalam keadaan sulit sejak awal kualifikasi karena penghentian kompetisi di Mesir dan masalah-masalah lain yang dihadapi negara, tapi yang paling penting adalah keberuntungan berpihak pada kita. Berpikir dan bersemangat untuk kebahagiaan bersama. Piala Dunia adalah hal terbesar yang bisa membuat orang bahagia,” ungkap pemain berusia 21 tahun yang kini membela klub Swiss, FC Basel.

Krisis di negaranya dijadikan cambuk semangat. Salah bersama para punggawa timnas Mesir lainnya seolah ingin membuktikan. Membuktikan bahwa di tengah krisis yang berkepanjangan, ada semangat besar untuk menyatukan kembali Mesir dengan cara mereka sendiri, yaitu lolos ke Piala Dunia 2014 di Brazil.

Perlu diketahui, Mesir telah absen 24 tahun dari turnamen sepak bola paling bergengsi tersebut. Mesir diprediksikan lolos ke Piala Dunia oleh banyak pihak. Bagaimana tidak, di babak kualifikasi fase grup, Mesir menjadi satu-satunya tim yang berhasil sapu bersih kemenangan. Sebanyak 16 menjadi penghias tersendiri di daftar klasemen Grup G, tempat di mana Mesir tergabung bersama 3 tim dari Afrika lainnya. Mereka berhak lolos ke babak selanjutnya.

Kini, sepuluh tim Afrika akan saling “bunuh” untuk mendapatkan 5 tiket yang dijatahkan FIFA untuk wakil benua Afrika. Satu pijakan lagi bagi Mesir untuk menggapai asa menuju Piala Dunia 2014 di Brazil.

Statistik Mesir di kualifikasi Piala Dunia 2014.

Statistik Mesir di kualifikasi Piala Dunia 2014.

Bukan hanya kegembiraan yang mereka cari, tapi cita-cita menyatukan rakyat Mesir melalui sepak bola. Lolos ke Piala Dunia akan menjadi sebuah momentum kegembiraan yang dapat menyatukan sekitar 85 juta penduduk Mesir di tengah-tengah perpecahan.

Namun yang menjadi pertanyaan, mampukah Mesir melewati satu rintangan lagi untuk bisa menginjakan kaki mereka di Brazil tahun 2014? Patut ditunggu kisahnya…

Pin It on Pinterest

Share This