Santeria saat menghibur peserta seminar "Diponegoro Goes to Tasikmalaya".

Santeria saat menghibur peserta seminar “Diponegoro Goes to Tasikmalaya”.

Hai, everyone! Sambil menikmati waktu luang, ditemani kopi hangat, aku ingin sedikit bercerita tentang libur semester awal tahun 2014 ini. Boleh?

Libur panjang tiba. Inilah waktu yang dinanti-nanti setiap mahasiwa pasca Ujian Akhir Semester (UAS). Hal yang perlu dimanfaatkan untuk me-refresh kembali kepenatan dan kejenuhan otak, setelah hampir 4 bulan bergelut dengan buku, tugas, praktik dan hal-hal yang menjemukan lainnya. Setuju?

Ada baiknya liburan ini diisi dengan kumpul bersama keluarga, sahabat dan teman-teman untuk menikmati setiap detik yang tentunya tak bakal sering  dapatkan sebagai mahasiswa perantau. Untuk hal itu, rasanya tak ada masalah denganku. Namun yang masalah adalah, kenapa liburan mahasiswa itu tiba di saat orang lain tak liburan? Kalau misalnya mahasiswa liburnya bareng dengan anak-anak SMA, tak bakal ada kegiatan-kegiatan mahasiswa mensosialisasikan perguruan tingginya yang bakal menguras berbagai hal. Toh, anak-anak SMA sekarang sudah pintar, info-info tentang perguruan tinggi juga bisa mudah di akses lewat internet.

Yap, bisa dibilang, liburanku jadi diisi dengan hal yang cukup melelahkan seperti yang dikatakan di atas. Tak munafik. Mensosialisasikan perguruan tinggi kami ke sekolah-sekolah dan mengadakan Try Out SBMPTN, misalnya. Itu lumayan menguras, entah menguras suara, tenaga, pikiran, bahkan materi.  sebagai anak daerah, dituntut untuk mengabdi pada lemah cai agar siswa-siswa di berbagai Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat tak buta akan Perguruan Tinggi, apalagi Perguruan Tinggi Negeri.

Sebenarnya bisa saja aku acuh terhadap hal ini. Bisa juga saja seperti kawan-kawanku yang tak peduli lainnya. Karena responsibilitas yang ditanggung dan rasa cinta lemas cai inilah yang membuatku sulit untuk meninggalkan hal ini.

Sedikit bercerita ke belakang, beberapa minggu lalu, entah kapan tepatnya. Ceritanya  hanya berkumpul untuk membicarakan rencana kegiatan tahunan organisasi mahasiswa daerah, yaitu sosialisasi ke sekolah-sekolah. Namun, di tengah-tengah rapat, beberapa kepala memberikan pendapat agar mengadakan sesuatu yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Mengadakan Try Out jadi suara yang paling banyak. Aku tak mengiyakan pada awalnya. Namun, 2 orang yang sangat berkontribusi, berhasil meyakinkan aku. Salah satu di antara mereka pun kupilih untuk jadi ketua pelaksana acara. Kerangka kepanitiaan pun mulai dirancang saat itu. Aku terpilih sebagai Humas. Kebetulan sekali pikirku.

Dua orang yang kumaksud.

Dua orang yang kumaksud.

Seminggu selanjutnya, kami mengadakan kembali rapat. Jumlahnya memang tak sebanyak rapat perdana minggu lalu. Banyak wajah baru, meskipun demikian, masih ada juga wajah-wajah yang kembali menghiasi rapat kedua itu. Mulailah rapat itu.

Ada hal yang cukup mengagetkan ketika rapat kedua di minggu selanjutnya. Annin, juniorku yang datang lebih dahulu, menunjukan proposal bakal kegiatan. Adalah rangkaian acara yang cukup banyak membuatku kaget. Setidaknya ada 5 kegiatan yang ditulis dalam proposal itu.

Rapat pun dimulai, aku buka sejenak dengan beberapa bahasan tentang sosialisasi sebelum akhirnya kuserahkan kepada ketua pelaksana Try Out untuk membahas acara. Banyak sekali yang  bahas saat itu, salah satunya adalah pemilihan pembicara di seminar pasca Try Out. Soal rencana biaya juga tak lupa  kuliti.

Ada satu hal yang penting juga dalam rapat kala itu. Soal pemilihan tanggal yang tepat. Tadinya tanggal 16 Februari 2014, dipilih dalam rapat sebelumnya. Namun, karena pertimbangan takut kehilangan peserta karena telah mengikuti Try Out PTN lain, dimajukanlah acaranya menjadi 9 Februari 2014. Itu pun dengan resiko bentrok dengan Universitas Jenderal Soedirman, yang kawasannya terkenal dengan The Little West Java di Jawa Tengah. Bagaimana tidak, mendengar pernyataan dari adik sendiri yang kuliah di sana, dia mengatakan bahwa angkatannya saja berjumlah 100 orang lebih yang berasal dari Tasikmalaya. Luar biasa.

Lho ini ko jadi bahas orang lain. Hahaha. For your information saja sih sebenarnya.

Rapat kali itu pun selesai ser jam 10 malam.  tak langsung pulang. Hujan yang mengguyur kawan Tembalang memaksa  menunggu lebih lama untuk bisa pulang. Untungnya ada 2 orang aneh, Taufik dan Lingga, menunjukan kelihaiannya dalam bermain sulap yang membuat kami terhibur sembari menunggu hujan reda.

Sampai di sini dulu yang bisa aku tulis. Masih banyak responsibilitas yang harus dikerjakan. See you soon!

 –

Ola!

Seminggu lebih menjelang hari H, tiket yang terjual masih saja sedikit. Bisa dihitung dengan jari malah. Mengerikan sekali, bukan? Hari ini  telah menyambangi SMAN 4 Tasikmalaya. Pihak sekolah mengadakan ekspo perguruan tinggi. Bersama universitas-universitas lain, Undip jadi kuda hitam di sana. Apalah Undip ini dihadapan UGM, IPB, ITB, Unsoed, Unpad, UPI, jika berada di tengah hingar-bingar siswa-siswi yang hanya berkiblat ke barat, Yogya, dan Jawa Tengah tapi yang dekat dari Tasikmalaya. Duh, dek… ( -..-)/

Amalia, aku dan Lingga di ekspo kampus yang diselenggarakan SMAN 4 Tasikmalaya.

Amalia, aku dan Lingga di ekspo kampus yang diselenggarakan SMAN 4 Tasikmalaya.

Meskipun demikian, tak ada patah wajah-wajah yang patah semangat dari . Semua fun. Sebenarnya tujuan utama  ke Tasikmalaya, bukan hanya untuk mensosialisasikan dan mengajak atau bahkan memaksa agar memilih Undip. Kami hanya ingin mengenalkan pada putra-putri Tasikmalaya bahwa Perguruan Tinggi yang punya kompentensi di Indonesia itu tak hanya barat, Yogya dan Jawa Tengah yang 3 jam dari Tasik. Itu salah satu tujuan kami. Memperkaya pengetahuan mereka tentang Perguruan Tinggi Negeri. Itulah bukti kecintaan kami pada lemah cai. Wedyannn…

Oh iya, untuk memperbanyak tiket yang terjual,  membagi-bagi 10 tiket ke setiap anak di Keluarga Mahasiswa Tasikmalaya Universitas Diponegoro (KMT Undip). Itu salah satu solusinya. Solusi lain adalah  bakal blusukan ke sekolah-sekolah yang jauh untuk dijangkau. Ciamis pun rencananya bakal dijamah.

Sudah. Cukup beberapa kalimat saja dulu hari ini. Sek yo!

Ciattt! Wilujeng wayah kieu ka sadayana! Sedikit menulis tentang apa yang telah terjadi ah.

Lapor, semua! Hari yang ditunggu-tunggu tinggal 2 hari lagi. Rencananya besok, aing bakal tidur di tempat acara. Nambahin yang kurang, sembari memoles dikit sebelum perang dimulai. Jiahaha.

“Sebentar lagi, Ger. Tahan. Tetap tenang, tetap kalem,” ucapku dalam hati.

Sungguh bukan pekerjaan yang mudah ternyata menyelenggarakan acara besar seperti besok. Apalagi dengan SDM yang bisa dihitung dengan jari jika dilihat dari segi keaktifan pra acara.

KMT Undip ketika menyambangi SMAN 2 Ciamis.

KMT Undip ketika menyambangi SMAN 2 Ciamis.

Pokoknya, kalau acara selesai. Aing nadzar bakal dicukur pendek. Pendek pisan pokoknya.

Oh iya, Ciamis sudah diraih. Alhamdulillah, meskipun tak semua siswa ikut. Terhitung banyak siswa yang ikut acara kami besok lusa. Kelas 11 pun ada yang tertarik dan berhasil dirayu olehku. Meskipun yang dirayunya itu lanang. Krik.

Sisa hari-hari ini, bakal dimanfaatkan untuk buzzing di dunia maya. Semoga itu juga membantu untuk menambah peserta. Rasanya, untuk mencapai 300 peserta sudah jadi hal yang sulit untuk diraih.  hanya realistis di angka 150 tiket Try Out yang terjual.

Sepertinya, aku akan tulis lagi tentang ini entah hari keberapa pasca hari acara. Sampai bertemu lagi nanti!

Momen saat peserta Try Out sedang registerasi ulang.

Momen saat peserta Try Out sedang registerasi ulang.

Aku kembali! Tiga hari yang lalu, acara yang dinanti-nanti sudah berlalu. Banyak sekali hal yang harus dipelajari agar acara di tahun selanjutnya menjadi lebih matang dan lebih baik tentunya. Jumlah peserta memang tak sampai menyentuh setengah dari jumlah target peserta. Meskipun demikian, acara tetap berjalan dengan lancer. Entah bagaimana ceritanya kalau jumlah peserta sesuai dengan target. Jumlah peserta 150-an saja sudah agak kelabakan karena kurangnya jumlah SDM dari penyelenggara, apalagi kalau 300? Entah.

Cukup menyayangkan dengan banyaknya teman-teman dari KMT yang tak hadir dalam acara itu. Padahal, jika dihitung, mahasiswa yang sudah tiba di Tasikmalaya, namun tak hadir di hari H sudah ada lebih dari 5 orang. Entah apa yang ada dipikiran mereka. Berbeda terbalik, mereka yang berpartisipasi pun sungguh luar biasa. Hampir semua multi tugas di kepanitiaan ini. Jelas, aku sungguh mengapresiasi kerja keras dari teman-teman semua.

Namun, semua itu terobati ketika aku melihat wajah-wajah puas dari para peserta, apalagi peserta seminar. Aku pandang, tak ada wajah kecewa dengan apa yang kami berikan. Alhamdulillah.

Terima kasih kepada Kang Furqon yang bersedia berbincang-bincang, meskipun komunikasinya menjurus satu arah. Sangat bermanfaat sekali. Sungguh. Jangan tanyakan lagi waktu Kang Furqon bisa membat peserta seminar menangis karena kata-kata emas yang terucap mah. Luar biasa.

Para peserta seminar berhasil "disihir" oleh Setia Furqon Kholid lewat kata-kata mutiaranya.

Para peserta seminar berhasil “disihir” oleh Setia Furqon Kholid lewat kata-kata mutiaranya.

Testimoni lewat jejaring sosial twitter pun banyak nada puas yang dilontarkan. Meskipun ada sedikit kritik, tapi aku rasa kritik itu sangat membangun demi sesuatu yang lebih baik.

Malam ini. sambil membereskan tulisan-tulisan yang terpasang di papan impian yang disediakan bagi peserta saat acara, aku sengaja memisahkan kertas-kertas yang dituliskan Undip sebagai impiannya di kemudian hari. Jumlahnya tak sedikit. Dalam hati berdoa, “Semoga kalian diterima di Universitas Diponegoro. Hingga bisa bergabung bersama kami, dan ikut serta dalam kepanitiaan ‘Diponegoro Goes to Campus’ tahun selanjutnya.”

Jumlah mahasiswa Universitas Diponegoro asal Tasikmalaya angkatan 2013 memang sangat sedikit jika dibandingkan dengan angkatan 2012. Namun, itu bukan masalah karena mereka semua berperan aktif dalam setiap persiapan acara “Diponegoro Goes to Tasikmalaya” kemarin. Dua jempol untuk kalian semua.

Terima kasih, Fawaz! Terima kasih, Annin! Terima kasih, Fadhlan! Terima kasih, Cepi! Terima kasih, Talitha! Terima kasih, Afin! Terima kasih, teh Medita! Terima kasih, kembar Amal-Nisa! Terima kasih, Kiflan! Terima kasih, Lingga! Terima kasih, Hilda! Terima kasih, Romi! Terima kasih, Mufti! Terima kasih, Jani! Terima kasih, Vega! Dan terima kasih aku ucapkan untuk semua yang berpartisipasi dalam kegiatan kita tahun ini, baik secara materi, maupun immateri…

Selamat, kawan-kawan! Impian kita mengadakan Try Out, bahkan lebih dari sekedar Try Out tercapai. Kalian biasa di luar… Eh, luar biasa maksad teh.

Aku harap, jumlah mahasiswa asal Tasikmalaya di tahun depan akan lebih banyak lagi dengan adanya kegiatan “Diponegoro Goes to Tasikmalaya”. Siswa-siswi setidaknya tahu apa itu Undip, di mana itu Undip, dan bagaimana di Undip itu.

Semoga  bisa bertemu kembali dengan “Diponegoro Goes to Tasikmalaya” tahun selanjutnya. Aku kembali berharap kegiatan ini jadi agenda tahunan dari KMT Undip yang mampu menarik perhatian orang-orang Sunda, khususnya Tasikmalaya, dan menimba ilmu di kota yang aku kenal dengan multi kulturalnya itu. Aminnn.

Panceg dina galur, moal ingkah najan awak lebur!

Pin It on Pinterest

Share This