Dalam kehidupan sosial, bagi mayoritas khalayak ramai, iklan seringkali dituduh sebagai hal yang bernama sampah. Apa lagi kalau munculnya di tengah-tengah konten seru yang lagi kita tonton. “Bangke, orang lagi seru-serunya, kenapa ada iklan?!”

Tapi mending kita turunkan dulu tensinya sebentar.

Tarik nafas… Keluarkan…

Nggak sekali-dua kali penilaian soal keberadaan iklan itu mengganggu. Ini bisa jadi karena tayangan konten iklan yang kadung terpatri di benak kita.

Coba kalau misalkan iklannya menarik, kayanya space waktu akan lebih kita hargai karena memang menyenangkan. Nggak ada alesan lagi bilang sampah, sebab iklan malah bikin betah yang nontonnya.

Ngomong-ngomong soal iklan yang menarik. Thailand, selain lebih jago sepak bolanya dibanding kita, mereka juga lihai banget bikin iklan-iklan yang keren.

Saya kira hal ini bakal jadi sesuatu yang bisa saya temukan di Youtube aja. Eh tapi ternyata, pas saya kebetulan lagi tugas di Chonburi, saya menyaksikan sendiri nonton tayangan-tayangan iklan langsung di Thailand.

Dari aspek bahasa memang saya nggak terlalu ngerti. Tapi dari jalan cerita, dari kunci pesannya, Alhamdulillah saya selalu bisa nangkap.

Seperti kita tahu, (kita apa kami ya?), iklan ini satu di antara banyak sarana komunikasi yang isinya pesan tertentu untuk khalayak. Sifat iklan bisa jadi komersial atau juga non-komersial.

Beberapa tahun belakangan ini, industri periklanan saya lihat sudah mulai berlomba-lomba untuk menciptakan iklan kreatif yang menyita perhatian sekaligus mengambil hati khalayanya.

Kalau iklan tersebut adalah iklan komersial, tujuan akhirnya tentu buat merangsang minat khalayak sampai punya keputusan membeli atau mengkonsumsi produk yang diiklankan.

Sementara kalau non-komersial, biasanya berisi pesan-pesan khusus yang mengajak khalayak untuk melakukan atau menghindari sesuatu sehingga memiliki hidup yang lebih baik

Zzzzz…

Mohon maap malah jadi kuliah.

Tapi nggak apalah yak buat bridging. Hahaha.

Kita coba langsung sorot iklan-iklan asal Thailand yuk!

Iklan Thailand ini konsisten menerpa para khalayak berkat formula ampuhnya; emosional dan humor.

Beberapa di antaranya juga menampilkan guyonan lucu nan norak khas Thailand yang sarat slapstiknya. Saking digandrunginya, banyak orang yang membagikan konten iklan ini lewat media sosial.

Mereka terikat. TER-ENGAGE.

Hasilnya, banyak orang pula yang kemudian menjadi aware terhadap iklan tersebut dan tertanam dalam di ingatan mereka.

Kenapa bisa begitu?

Sing penting story-telling!

Salah satu aspek yang patut diapresiasi dari periklanan Thailand adalah kepiawaiannya mereka dalam mengemas cerita. Mereka menjual produknya dengan cara menyuguhkan kisah-kisah dramatis yang menyentuh emosi.

Terkadang khalayak lupa jika sedang menonton iklan karena setiap alurnya yang sangat menghipnotis, mirip film berdurasi panjang. Karenanya, iklan Thailand kerap disebut sebagai the tear-jerker atau penguras air mata, seperti yang ditulis dalam laman The Atlantic.

Jika kita jeli memperhatikan, kebanyakan iklan Thailand berisi konten yang sederhana, bahkan kerap kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menjual aspek kedekatan.

Seperti yang ditemui dalam iklan Thai Life Insurance yang bertajuk I Need More Time “My Son” yang berkisah tentang seorang ayah yang harus membesarkan anak laki-lakinya seorang diri sepeninggal istrinya. Jelas terlihat di sini bahwa tema yang diangkat sangat dekat dengan kehidupan kita. Bukan hal yang muluk-muluk, tapi mengena.

Tema-tema serupa yang bisa dilihat seperti hubungan orang tua dan anak, pertemanan, atau dunia anak muda. Kemasannya dibuat begitu rupa agar membangkitkan minat khalayak untuk menyaksikan dan meninggalkan kesan yang memorable.

Iklan-iklan seperti inilah yang lebih mudah menjangkau khalayaknya karena terdapat unsur proximity di dalamnya.

Junjung tinggi nilai sosial

Terlepas dari tayangan berdurasi panjang mirip drama-drama yang menyedihkan, banyak iklan Thailand juga yang memanfaatkan sisi kemanusiaan, khususnya iklan layanan masyarakat.

Tak hanya mengundang simpati semata, setelah melihat iklan Thailand ini, khalayak diharapkan mampu mengubah cara hidup dan sadar akan sesuatu hal yang penting dalam kehidupannya.

Dengan cara ini, maka fungsi iklan juga tak melulu soal mempromosikan produk atau layanan yang dijual, namun juga mengedukasi khalayak lewat nilai-nilai sosial yang terkandung di dalamnya.

Implisit

Sebagian besar iklan Thailand jarang menggunakan teknik pemasaran yang langsung melakukan penjualan produk atau hard selling. Mereka menggunakan teknik soft selling di mana penempatan merek dagang diletakkan di bagian akhir iklan. Tak ditampilkan juga dalam ukuran besar yang mendominasi, cukup kecil dan terkadang hampir tak terlihat.

Coba tonton video yang diulas oleh Wallstreet Journal di atas. Siapa yang sangka ternyata iklan tersebut adalah iklan dari produk provider alat telekomunikasi.

Khalayak seolah mendapat angin segar karena mereka sudah jenuh dengan terpaan iklan yang kebanyakan hanya fokus berjualan.

Meski dirasa menjadi ‘bumerang’ karena berimbas pada khalayak yang hanya fokus dengan isi ceritanya saja, namun cara ini dilakukan agar khalayak tak terganggu dengan tampilan merek. Hal ini membuat khalayak tak segan-segan untuk membagikan iklan tersebut di media sosial. Cukup pintar untuk menyebarluaskan iklan secara cuma-cuma, bukan?

Dibandingkan dengan iklan Indonesia yang kebanyakan berdurasi singkat dan to the point, iklan Thailand justru tak segan-segan menampilkan tayangan iklan yang berdurasi panjang nan menghanyutkan. Hal ini cukup membuktikan bahwa industri periklanan Thailand tak kenal kata ‘ala kadarnya’, mereka merancang konsep iklan dengan totalitasnya.

Namun bukan berarti tanpa pertimbangan, tentunya mereka telah melakukan riset sebelum mengeksekusi pengerjaan iklan agar hasilnya bisa maksimal.

Nah itulah hal yang bikin kenapa iklan-iklan Thailand begitu kuat dan sering viral. Bagi pegiat komunikasi marketing, periklanan, atau bahkan PR, iklan-iklan Thailand tentu bakal jadi insight yang bisa dipertimbangkan untuk membuat pendekatan komunikasi terhadap target pasar dan target khalayaknya.

Jadi nggak ada salahnya ‘kan kita mengagungkan iklan-iklan yang berasal dari Negeri Gajah Putih tersebut?

Kalau kamu masih punya pendapat sendiri, boleh dong share di kolom komentar. Akan menyenangkan jika kita bertukar pikiran…

Tulisan ini pernah saya tulis juga saat bekerja di Konner Indonesia Digital PR Consultant

Pin It on Pinterest

Share This