Dua hari yang lalu, aku merasa terpeleset dalam mengetik pesan. Niatnya bercanda setelah menanggapi pesan temanku yang katanya telah membaca isi-isi tulisanku di dalam blogku, ehhh, ini malah berujung utang.

Suatu sore, temanku yang namanya aku samarkan kali ini (sebut saja Amalia), mengirim sebuah pesan bernada pujian. Katanya, dia baru saja selesai membaca tulisan-tulisanku di blog. Sebelumnya, dia bertanya banyak tentang Tan Malaka. Hal yang sangat aneh, aku pikir. “Seorang Amalia menanyakan Tan Malaka? Ada apa ini?” kataku dalam hati.

Beberapa menit bertanya tentang Tan Malaka, dia tiba-tiba membicarakan isi blogku. Amalia bilang, “tulisanmu apik-apik og.”

Sambil bercanda aku pun membalasnya. “Mau aku tulisin?” tulisku dalam pesan sambil tertawa.

Emoh ah. Aibku pasti kowe bongkar semua,” balasnya.

“Hahaha. Atuh gapapa disamarkan,” tulisku lagi.

Kop! Hahaha sebut saja mawar,” balasnya meneh.

Percakapan pun tetap terjaga, sampai akhirnya Amal seperti sedikit menyeriusi perkataanku tadi tentang dirinya yang bakal aku tulis. Karena percakapan itulah aku merasa punya utang pada dia. Oke, kucoba untuk lunasi utang itu sekarang.

Aku kenal Amalia ituuu… karena kami berdua kuliah di perguruan tinggi yang sama. Mungkin kami tak akan saling kenal jika tak kuliah di satu almamater yang sama.

Kembali sedikit ke masa lalu (maaf kalau ada yang sensitif dengan kata “masa lalu”), dibanding Amalia, aku justru lebih dahulu kenal dengan adik kembarnya, Annisa. Annisa juga kuliah di tempat yang sama denganku. Supaya tak ada kecemburuan, aku masukan Nisa juga di tulisan ini.

Fakta yang muncul ke permukaan untuk pertama kali adalah Amalia dan Annisa ternyata satu SMP denganku dulunya. Pantas saja wajah keduanya tak asing bagiku. Dulu, mungkin karena kita masing-masing berbeda kelas, maka dari itu, kita tak saling kenal. Padahal, aku sempat tahu kalau ada anak kembar di angkatanku.

Amalia-Annisa dikenal sangat kompak dalam segala hal, terutama parasnya (namanya juga kembar). Hahaha. Namun, di balik kesamaan fisik dari mereka, ada hal yang berbeda dari keduanya. Wajar, namanya manusia. Setiap kepala pasti mempunya sifat hingga pemikiran yang berbeda-beda.

Aku ambil contoh dalam hal percintaan. Ciaattt! Kalau soal ini, Annisa berbanding terbalik dengan Amalia. Annisa masih idealis dengan idealismenya. Sepengetahuanku, pasca kuliah di Semarang, Nissa (sapaan akrab Annisa) masih senang dengan kesendiriannya. Hahaha. Maaf kalau hiperbolis.

Setiap kutanya kapan dirinya menyusul Amalia soal tambatan hati, Nisa pasti menjawabnya dengan tegar. “Cepat atau lambat,” kata Nisa, atau dengan menjawab, “Aku ke Semarang untuk mencari ilmu.” Wuihhhh… idealis sekali, pikirku. Padahal mah, aku rasa pasti ada sesuatu di hati yang ingin bergeliat. Ah, tapi aku tak tahu pasti. Dalamnya Palung Mariana (palung terdalam di dunia) aku tahu karena ada di buku-buku RPUL, tapi tentang dalamnya hati seseorang, siapa yang tahu?

Gotcha!

Gotcha!

Ini masih berputar di Annisa terdahulu (sabar, Mal). Bukan hanya soal kenal denganku, dibanding Amalia, Nisa juga jadi yang terlebih dulu kerap curhat padaku. Ada satu kalimat yang paling aku ingat waktu dulu dia curhat. “Ger, obat galau apaan ya,” begitulah kira-kira tulis mahasiswa jurusan Statistika itu. Tak percaya? Kalau tak salah aku pernah screen shoot tulisan itu. Mengko tak cari.

Sayangnya, makin sini, Nisa jarang curhat lagi. Mungkin dia punya passing grade sendiri untuk menjadikan seseorang jadi tempat curhatnya. Nah, nilaiku di bawah passing grade-nya, jadi weh si Nisa jadi jarang curhat deui.

Nisa itu orangnya pemikir dan strategis, praktisnya ada juga, tapi yang aku kenal Nisa itu pintar dalam strategi. Dalam suatu kumpulan keluarga mahasiswa daerah, ide-ide yang tak pernah terpikir olehku, banyak yang dilontarkan oleh Nisa ke forum. Mungkin karena doi anak organisasi. Setuju, Nis?

Soal curhat-curhatan lagi. Berbeda dengan Nisa, Amalia makin sini, malah makin sering curhat padaku. Mungkin passing grade-nya Amal lebih rendah dari pada Nisa. Makanya itu mungkin Amalia ndak diterima di Satas, eh, maksudnya, makanya itu aku termasuk orang-orang yang bisa dia percaya buat jadi tempat curhatnya. Maaf soal Satasnya, Mal. Hahahaha.

Banyak hal yang sering Amal (panggilan Amalia) ceritakan dan bagikan. Ada tentang kuliah, tentang organisasi, tentang keluarga, dan jangan lupa tentang cincaahhhhh… (maaf muncrat).

Sedikit cerita tentang kisah cintanya ah. Boleh? Bolehlah, I write what I want. Toh, Amal juga sudah mengizinkan. Hihihi.

Agar tak beda dengan 2 orang yang kuceritakan di atas, kugunakan nama samaran juga untuk tambatan hati dari Amalia ini. Sebut saja namanya Bintang.

Bintang adalah salah satu lelaki yang berhasil tersaring oleh saring hati Amalia. Bintang merupakan putra asli Semarang (sok tahu). Jadi jangan aneh kalau Amal jago bahasa Jawa, aksen Sunda. Jangan aneh!

Amalia juga kerap menulis Bintang dalam akun media sosial Path-nya. “I’m at Super Penyet with Bintang,” tulis Amal. Dijadikan tweet pula, karena Path-nya berafiliasi dengan akun twitter-nya. Padahal ya, padahal Bintang itu ndak punya akun Path. Mekso kowe, dek!

Dulu waktu masih aktif di BBM, personal message-nya juga kerap menampilkan simbol bintang. Iya, ndak apa-apa deh. Maaf. Aku juga pernah merasakan hal itu. Saking cintanya itu. Tenan saking cintanya, makanya balikan lagi. Duh dek, kelepasan.

“Kamu tahu hal yang paling sia-sia di muka bumi? Adalah menasihati orang yang sedang jatuh cinta,” kata Semar.

Ini buktinya ada juga.

Ini buktinya ada juga.

Oh iya, sebelumnya, sepengetahuanku lagi, Amalia pernah dekat dengan 2 laki-laki asal fakultasku. Setelah ditelisik, ternyata 2 laki-laki asal fakultas itu kuliah di program studi yang sama denganku, yaitu Hubungan Masyarakat atau yang dikenal dengan Public Relations. Bahkan! Bahkan nih ya, salah satunya adalah teman dekatku, karena satu komunitas di Chelsea Indonesia Supporters Club (CISC).

Supel. Itulah satu kata yang bisa aku gambarkan tentang Amalia. Mungkin itu juga yang bisa menyebabkan Amalia kenal dengan orang-orang di fakultasku, padahal waktu itu mahasiswa baru masih melekat di dalam status kita. Iya, dulu, Amalia juga pernah bilang bersedia mencucikan motorku dibanding seuseuheun-ku. Mungkin dia lupa. Huft.

Ada banyak hal yang bisa membuatku tertawa. Salah satunya adalah karena mereka. Amal-Nisa kerap menulis tweet dengan kalimat-kalimat yang berasal bahasa jawa, entah dari kutipan lagu, entah kutipan dari obrolan orang Jawa yang sedang hangat.

Itulah sedikit gambaran pengalamanku sejauh ini berteman dengan Amalia dan Annisa jika ditumpahkan dalam sebuah kata-kata. Padahal gambaran itu harusnya dilukiskan, kan? Hehehe. Apalah Gerry ini yah, Mal-Nis?

Dalam hal-hal yang aku tulis ini, pasti ada saja yang membuat para pembaca mengangkat alis. Mungkin ada yang menilai padahal Amalia itu gini, padahal Annisa itu gitu. Ya, itu sudut pandang Anda. Anda tak berhak menyalahkan saya, karena saya punya sudut pandang sendiri. Begitu pula sebaliknya.

Ibaratnya mobil terparkir, aku berada di sebelah kanan pintunya, adikku berada di sebelah kirinya. Kami berdua sama-sama menghadap mobil. Aku bilang, “mobilnya menghadap ke kanan.” Sedangkan adikku berkata, “mobilnya menghadap ke kiri.”

Keduanya tak ada yang salah. Keduanya punya sudut pandang masing-masing dalam menilai sesuatu. Jadi ingat pesan dosenku yang juga seorang dalang. Namanya Bayu.

“Dari tadi kalian mengangkat sudut pandang baik dari Pangeran Diponegoro. Tak ada yang menilai sisi jelek dari beliau. Misalnya berkata, ‘karena dia ceroboh sehingga bisa tertangkap dan termakan adu domba Belanda’. Ingat, jangan nilai sesuatu dari satu sisi,” tutur Mas Bayu dalam sesi diskusi tentang isi lukisan Raden Saleh yang menceritakan Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda.

Kembali jadi “aku”, ah. Bukan “saya”, takut terlalu serius. Padahal serius mah nanti pas akad nikah.

Insha Allah, bulan Maret nanti, aku bakal punya keponakan kembar. Kalau perempuan, semoga cantik dan pintarnya mirip Amalia-Annisa. Kalau laki-laki, semoga pintarnya juga mirip mereka. Cantiknya? Masa laki-laki cantik?! Hiihhh…

Senang bisa berteman dengan kalian, twins!

Pin It on Pinterest

Share This