Pukul 7 pagi itu, tak ada pemandangan yang aneh di Ruang Teater FISIP Undip. Tampak mahasiswa berlalu-lalang seperti biasa di depannya.
Namun, pemandangan berubah ketika jam menunjukan sekitar pukul 08.30 WIB. Gerbang besi yang menjadi akses utama dari menuju Gedung Perpustakaan FISIP dikunci oleh pihak keamanan kampus.
Banyak pertanyaan muncul yang dilontarkan. Salah satunya terlontar dari mulut mahasiswi program studi Hubungan Masyarakat. “Kenapa ditutup?” tanya Pramudya Desty.
Jawaban mereka mulai terjawab ketika dijelaskan bahwa FISIP kedatangan Ulil Abshar Abdalla. Tokoh Jaringan Islam Liberal kelahiran Pati tersebut berhasil digandeng BEM dan Senat FISIP Undip untuk mengisi kuliah umum bertema “Masa Depan Kebebasan Beragama”.
Tak lama, calon peserta berdatangan. Perlahan demi perlahan, depan pintu masuk tempat kuliah umum tersebut ramai. Mereka dengan sabar menunggu panitia untuk membuka sesi pendaftaran peserta.
Beberapa menit kemudian, panitia membuka sesi pendaftaran kuliah umum. Sempat terjadi sedikit kericuhan saat para peserta mengisi daftar hadir.
“Antriannya tolong dibuat satu baris!” ucap salah satu panitia sambil merebut kertas yang hendak diisi para peserta.
Masuk jam 10 pagi, kuliah umum dimulai. Sosok yang ditunggu-tunggu akhirnya bicara. Ulil memberikan kuliahnya setelah pemberian sambutan dari perwakilan panitia dan Pembantu Dekan III FISIP, Drs. Wahyu Hidayat, M.Si.
Dalam kuliah umum yang dilaksanakan di Ruang Teater FISIP Undip, Ulil mengatakan bahwa banyak sekali alasan mengenai sulitnya menemukan sikap toleransi di tengah banyaknya radikalisme. Hal itu dipengaruhi oleh era kepemimpinan di Indonesia. “Dulu (pra-reformasi), intoleransi sulit sekali ditemukan. Radikalisme belum terlalu sering muncul seperti saat ini,” ucap Ulil.
Dalam kesempatan itu, Ulil juga sedikit bercerita tentang pengalamannya sewaktu tinggal di Amerika Serikat. Dia mengungkapkan jika sikap toleransi di Amerika cukup baik. Di sana juga mengajarkan toleransi sejak dini kepada anak-anak.
“Waktu bulan Ramadhan di Amerika, saya sering mengajak anak pergi ke perpustakaan kecil dekat kediaman saya. Di sana, buku-buku tentang Islam di-display di depan. Lain lagi saat Natal, buku-buku Kristen yang dipasang di depan,” tuturnya.
“Sekedar tahu agama lain itu penting. Bukan berarti kita mesti mengikutinya. Dengan tahu agama lain, mungkin kita akan lebih saling menghargai,” tambah pria kelahiran 11 Januari 1967 tersebut.
Kecaman hingga ancaman
Hingga kuliah umum berakhir, tak ada hal yang sebelumnya diprediksi akan mengganggu jalannya acara. Sebelumnya, kecaman dan ancaman boikot acara datang dari pihak yang kontra terhadap Ulil. Media sosial pun ramai akan hal tersebut. Entah lewat Twitter maupun Facebook, tagar #UndipTanpaJIL diusung oleh pihak-pihak yang kontra terhadap pengundangan Ulil Abshar sebagai pembicara di Kuliah Umum “Masa Depan Kebebasan Beragama”.
“Gini aja, kalau @BEMFISIPUNDIP besok keukeuh pagerin Ulil, kita bakar kampusnya aja gimana? #UndipTanpaJIL,” kicau @MasGalsakti.
Seperti kita ketahui, Ulil merupakan seorang tokoh Islam Liberal di Indonesia yang berafiliasi dengan Jaringan Islam Liberal. Tulisan, komentar atau kicauannya di media sosial kerap mengundang kontroversi sehingga tak sedikit yang kontra terhadapnya.
Mufti Muzzayin, salah satu orang yang kontra, mengatakan bahwa dia dan teman-teman rohis lainnya jelas menolak kampusnya kehadiran orang yang penuh kontroversi. Mufti berujar bahwa mereka berusaha menjaga pemikiran mahasiswa agar tak mudah dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Ulil yang dianggap tak sesuai dengan Islam.
“Sebenarnya kalau untuk masalah personalnya, seorang Ulil bisa dilihat dari 2 sisi. Dia seorang politisi juga. Namun, di sisi lain dengan kasus yang ada, Ulil itu membawa nama JIL. Kita tahu JIL sendiri itu sasarannya mahasiswa, sedangkan di sini, kita berusaha mem-protect pemikiran mahasiswa-mahasiswa dari pemikiran sekuler yang masuk ke agama,” ujar anggota Keluarga Studi Islam Mesin (KSIM) tersebut.
Di Ruang Teater FISIP, lewat beberapa perwakilannya, pihak yang kontra terhadap Ulil hanya bisa menyebarkan selembaran-selembaran yang berisi tentang bahaya JIL. Hal itu salah satu cara mereka memproteksi mahasiswa yang menjadi peserta dalam acara tersebut, agar tak terpengaruhi oleh pemikiran sekuler dari Ulil.
Pihak panitia yang dianggap berani mendatangkan Ulil, tak mau kalah. Mereka angkat bicara soal banyaknya kecaman terhadap acaranya. Lewat ketua panitia acara, Ahmad Jailani, mengatakan bahwa mereka memlih Ulil bukan karena dia tokoh JIL.
“Kita di sini tak mengangkat tentang JIL-nya, tapi kita mengangkat tema tentang kebebasan beragama di Indonesia. Seandainya Ulil ‘keluar’ dari jalur apa yang disepakati akan kita cut. Buktinya, selama kuliah umum tadi, tak ada yang mengarah ke JIL,” ungkap pria yang kerap dipanggil Jay tersebut.